Nasehat Bapak

Jalan tol di hadapanku benar-benar lenggang hingga aku tergoda untuk menginjak gas lebih dalam. Sedikit, tapi cukup membuat jarum speedometer menunjuk angka 100 km/jam.
"Ga usah ngebut!" Suara bariton mampir ke telingaku. Mata Bapak masih memejam, tapi ia tak perlu melihat dashboard untuk tahu aku menambah kecepatan.

"Kirain Bapak tidur," kataku.

"Gimana mau tidur, wong kamu bawa mobilnya grasa-grusu gitu," gerutu Bapak sambil membetulkan posisi duduk. "Nyetir mobil aja ga tenang, gimana nyetir hidup kamu. Turunin kecepatan, ambil jalur kiri."

"Ya Pak," jawabku.

Aku hanya bisa cengengesan menanggapi komentar Bapak. Kantor kami searah, dan pagi ini giliranku menyetir. Perjalanan kali ini sekaligus ajang menambah jam terbangku. Jadi aku harus mengikuti instruksi Bapak untuk berada di jalur lambat dan menurunkan kecepatan hingga batas minimal.

"Itu stirnya digerakkin, ngikutin jalan. Di tengah aja, ga usah terlalu kanan atau kiri. Bahaya, bisa-bisa keserempet. Sama, hidup juga gitu. Bahaya kalau terlalu ambil garis kanan atau kiri. Di tengah saja, ikuti jalurnya." Radio sudah dimatikan dan Bapak mengambil alih suara dalam mobil.

"Ya Pak," ujarku.

"Nyetir mobil tuh harus tenang, jangan tegang. Ga usah panik. Ga usah ngebut, grasa-grusu gitu. Wong tujuan kita ga kemana-mana. Asalnya bawanya stabil pasti nyampe. Lebih lama nggak apa. Yang penting selamat. Fokus sama mobil kamu. Jangan nabrak. Jangan ditabrak. Hidup juga harus gitu: tenang, fokus," kata Bapak melanjutkan kuliahnya. Sepertinya kantuk Beliau sudah benar-benar hilang makanya jadi semangat berfilosofi. Tapi dalam hati aku membenarkan ucapannya.

"Ya Pak," kataku.

"Awas itu depan ada truk! Nyetir tuh fokus lihat depan. Lihat pemandangan di kiri kanan boleh. Tapi jangan terlena. Jalannya ada di depan. Fokus!"

"Ya Pak," balasku, untuk yang kesekian kali pagi ini.

"Terus jangan tengok belakang mulu. Ga usah mikirin mobil belakang mau ngapain. Lirik kaca spion sesekali aja. Apa kalau istilah jaman sekarang? Move on? Ngomong-ngomong kamu udah move on dari mas Solo itu belum?"

"Eerrrr...."
Nurunin orang tua di pinggir tol durhaka ga sih? (Kartika Restu Susilo)

No comments:

Post a Comment