Kelas Inspirasi Jakarta 4: KI is my lifestyle!

“Kenapa ikut Kelas Inspirasi lagi?”
Pertanyaan itu terlontar dari seorang sahabat yang tahu saya mendaftar jadi relawan KI untuk kedua kalinya. Sebelumnya, bulan April lalu saya sudah mengikuti Kelas Inspirasi Bekasi 2. Lalu kali ini giliran Kelas Inspirasi Jakarta 4 yang saya ikuti. “Abisnya seru. Berbagi mimpi sama anak-anak. Kenalan sama orang-orang baru. Bikin nagih gitu deh,” jawab saya mengemukakan alasan. Ibarat kata pepatah, Kelas Inspirasi is my lifestyle! Hehehe….

Sayangnya, Hari Briefing berbarengan dengan Pemilihan Puteri Bunga. Jadilah saya tidak ikut sesi perkenalan dengan teman-teman satu kelompok. Beruntung ada teknologi bernama whatsapp yang memudahkan komunikasi dan koordinasi antaranggota. Musyawarah untuk mufakat banyak dilakukan via wa. Teman-teman di Kelompok 38 ini juga beragam profesinya. Dan aneh-aneh! Haha. Ada yang berprofesi sebagai ecommerce marketing, renewable energy consultant, digital marketer, legal, dan human capital organization development. Maaakkk, eike nyebutin profesi mereka aja udah pabalieut. Gimana ngejelasin ke anak SD cobaaa? O_O

Meski teknologi sangat membantu, tetap saja kami merasa perlu bertatap muka demi kelancaran acara. Kami mengadakan pertemuan 2 kali. Pertama saat weekend. Kami mengunjungi SDN Kramat Djati 27 Petang. Seluruh siswa di SD ini masuk siang karena menumpang belajar di SD tetangga. Gedung sekolah mereka yang asli lagi dibangun jadi 4 tingkat. Waw! 
Pertemuan kedua hari Senin selepas jam kantor. H-2 Kelas Inspirasi. Kami bela-belain menembus macet dari kantor menuju Paza Semanggi sebagai lokasi meeting. Padahal kantornya jauh-jauh loh. Ada yang di Pluit, ada yang di Lebak Bulus. Bagi saya, ini mematahkan paradigma yang menyatakan bahwa bilang orang Jakarta egois. Salut banget sama teman-teman yang mau menyisihkan waktu istirahat demi Kelas Inspirasi.

Suara habis
Karena sekolah yang akan kami datangi masuk siang, Kelompok 38 sepakat tidak mengadakan acara pembukaan. Lagipula kami menghormati KI kelompok lain yang masuk ke SD pagi. Berhubung kelas 1 masuk jam 10, saya mengintip rekan relawan yang mengajar di kelas itu. Saat itu, Bu Anday, salah seorang guru SD Kramat Djarti 27, memberi tips menghadapi anak-anak. “Kalau dibilang “Anak Saleh” pasti mereka jawab “Siap!” terus duduk manis,” kata Bu Anday. Wohoooo. Tips yang amat sangat berharga dan pasti berguna. Makasih yaa Bu ^_^

Kelas pertama yang saya masuki adalah kelas 3A. Kelas ini nyaman banget soalnya saya didampingi Bu Anday. Tapi, saking semangatnya, suara saya habis setelah 30 menit pertama. Habislah saya diledekin ibu guru dan anak-anak. Hiks.. Kebanyakan dari mreka bercita-cita jadi guru, dokter, polisi, dan pemain sepakbola. Ah, tidak adakah yang mau jadi jurnalis?

Kelas kedua lebih meriah. Relawan sebelum saya sudah menyingkirkan meja dan kursi ke belakang, jadi saya putuskan untuk mengobrol sambal lesehan. Saya pun diserbu berbagai macam pertanyaan dari mereka. “Kak, mimpi itu apa?” “Kenapa kita harus punya mimpi?” “Kak, aku mau jadi teroris. Boleh?” Hahaaa.. Ini pengalaman baru buat saya. Biasanya kan saya yang membombardir orang dengan pertanyaan :p

Setelah itu, giliran kelas 4A yang berkenalan dengan saya. Di kelas ini, saya berasa jadi stand up komedi. Anak-anak tuh bawaanya ketawaaaa mulu. Lucu! Seru!! Metode role model sukses saya terapkan di kelas ini. Mendengar mereka melontarkan impian membuat saya terhenyak. Ah, dik. Jalan menuju impian itu panjang. Jadi kalau ada yang bilang, “Mustahil kamu bisa meraih mimpi!!” abaikan saja. Ini hidupmu (nasehat ini juga ditujukan untuk diri sendiri. My dream is still far far away >_<)

Sayang, di kelas saudaranya, 4B, anak-anak lebih memilih berolahraga dibanding mendengarkan ocehan saya. Alhasil saya cuma berhasil meyita waktu mereka selama 15 menit. Tapi lumayanlah, saya masih bisa menyampaikan 1-2 nilai-nilai dari KI, seperti disiplin dan kerja keras.

Acara penutupan kami sepakati tanpa menerbangkan balon. Alasannya pencemaran atmosfer. Jadi rencana penutupan kami adalah sambutan dari Kepala Sekolah disusul kesan-kesan yang diwakili seorang relawan. Adapula pembacaan puisi dari anak kelas 6.  Lalu mini drama dari relawan. Setelah itu, para ketua kelas menyerahkan pigura berisi foto ke wali kelas masing-masing. Bapak Kepala Sekolah sampai menangis saat menerima foto dirinya. Pun demikian anak-anak kelas 2. Mereka menangis massal satu kelas! T___T

Setelah bermellow ria, kami menaikkan frekuensi kegembiraan dengan flashmob. Lagu yang dipilih Terhebat dari Coboy Junior. Saya didapuk jadi lead dance, tapi lupaaaa gerakannya. Hahahaaa…. Maaf yaa kawan-kawan. Toh auman singa dari saya masih bisa memancing gelak tawa.Beruntung ada Mba Uti, fasil yang berbaik hati membimbing saya dari kejauhan. Jadi di part kedua kami bisa menari bersama dengan lancar jaya.

Agenda terakhir, foto-foto. Kami ga punya drone, tapi langsung pakai pesawat. Hahaha… Maklum aja,  SD Kramat Djati 27 ini terletak dekat dengan Bandara Halim. Jadi tiap beberapa menit ada pesawat yang melintas di atas kepala kami. Kereeennn!

Sepuluh hari setelah Hari Inspirasi, seluruh relawan dikumpulkan lagi untuk Hari Refleksi. Harapannya, apa yang kami lakukan di sekolah tidak hanya bertahan satu hari. Mimpi itu harus ditindaklanjuti. Semoga apa yang kami lakukan bisa membawa perubahan pada dunia pendidikan Indonesia. Mungkin langkah ini adalah langkah kecil, mungkin pula tak ada artinya bagi orang lain. Namun saya tak peduli, karena yang saya yakini adalah saya harus berbuat sesuatu dan Kelas Inspirasi adalah salah satu jalannya. Jawaban atas doa saya, atas pinta yang saya panjatkan pada Sang Maha agar tubuh ini, jiwa ini bisa bermanfaat buat orang lain.

Sehari cuti, selamanya menginspirasi. (Kartika Restu SUsilo)

No comments:

Post a Comment