Melayang membuatku ingat
Bahwa menginjak tanah itu nikmat
Yang sering aku dustakan
Setelah merasakan nikmatnya terbang dengan paralayang, saya jadi ketagihan. Seru banget bisa melayang di udara dan merasa bebas. Pemandangan dari udara sangat indah dan luar biasa, tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Mana di Instagram saya, sering banget ada foto paralayang. Lokasinya di Gunung Banyak, Kabupaten Malang. Bikin emezz dan penasaran!
Beruntung, ketika liburan liputan
ke Malang, lokasi narasumber saya searah dengan Gunung Banyak, tempat Kera
Ngalam menjajal terbang. Maka seusai liputan pertama dan selebum liputan kedua,
sekitar jam 12 saya meluncur menuju TKP. Saya skip waktu istirahat dan makan
siang demi bisa terbang. Bener-bener memanfaatan kesempatan dalam kesempitan.
Hehe..
Jalan menuju sana masih tanah
berdebu dan belum beraspal. Kalau teman-teman saya ikut, pasti mereka sontak akan
beryanyi, “Deesir pasir di padang tandus…” sebagai OST perjalanan ini. Tempat
parkir pun masih sulit dan semrawut. Kata Pak Supir yang sedang bekerja, objek
wisata ini tergolong baru di Malang, sehingga pengelolaannya masih belum
professional.
Segera setelah turun dari mobil,
saya segera menuju loket pendaftaran. Biayanya Rp350.000 per 10—15 menit
terbang. Saya diminta menulis nama jelas untuk dicantumkan di sertifikat.
Haseek.. dapat sertifikat! Ahahaa.. Lalu saya pun segera menuju lokasi take-off
dan menemui instruktur tandem saya. Di sana sudah ada beberapa orang yang
bersiap terbang. Namun, berhubung cuaca berawan tanpa angin, kami harus
menunggu sekitar 30 menit. Ketika bendera penanda bangin mulai berkibar,
barulah nama kami dipanggil satu per satu.
Saya pun segera memakai
perlengkapan keselamatan. Berbeda dengan di Bogor, di sini tidak ada fotografer
berkamera DSLR yang akan memotret saya. Alih-alih instruktur akan membrikan
tongsis supaya saya bisa mengambil video dari handphone. Aiiihhh…. Pegangan
tangan dua aja eike masih gemetar, ini lagi suruh bawa tongsis! Tapi, demi
mendapat dokumentasi yang ciamik dan bisa dipamerkan ke seluruh dunia (wkwkwk),
terpaksa tangan kanan memegang tongsis sepanjang perjalanan.
Dan kamipun berlari
Lalu tak lagi menjejak bumi
Pemandangannya Masya Allah
baguuussss banget!! Pegunungan di kejauhan. Sawah dan rumah di bawah. Wiiihhh...
Ajib! Kata mas instruktur (lupa namanya), view saat sunrise lebih tjakep lagi.
Huuhuu.. Next time lah yaa…
Baru beberapa menit terbang, saya
udah merasa pusing dan kedinginan. Andai tahu anginnya bakal kenceng banget,
saya pasti bawa jaket. Dan tongsis di tangan kanan saya makin lama makin berat.
Jadi konsentrasi saya agak terbelah antara menikmati pemandangan, menahan
pusing, dan menjaga agar Si Sempat ga meluncur jatuh dari tongsis. Note for
myself: next time eat lunch before fly, wear jacket, and don’t bring tongsis!!
Saya diajak berputar selama 10
menit sebelum mendarat. Rasanya tak putus berujar “Alhamdulillah,” saat kaki
menyentuh tanah. Setelah itu, saya harus menunggu ojek yang akan mengantar saya
kembali ke atas. Mas ojeknya ngebut
banget! Padahal jalan yang kami lalu kecil dan berkelok-kelok. Berasa jadi wild
rider gitu.. Hahah… Sampai di atas, ambil sertifikat trus langsung liputan
lagi. Ternyata saya cuma butuh waktu sejam untuk bersenang-senang, itu pun
kelamaan nunggu. What a short escape ^__^
Thank you Gunung Banyak for this
amazing experience! Alhamdulillah. (Kartika Restu Susilo)
Yeayyy saya udah pernah ke sini, tapi belom pernah ngerasain naik wkwkwkkwkw cuma lihat doang, next time semogaaaa :D
ReplyDeletewahhh, pingin euy jadinya~~~
ReplyDeletebuleipotan.com