Ini semua berawal dari rasa bosan yang luar biasa dalam ketika saya
hidup di Bogor. Entahlah, rasanya hidup saya hanya kerja-kosan-kerja-kosan.
Sesekali wisata kuliner di Bogor. Kayak hidup saya tuh ga bermakna
sama sekali. Saya pun mulai searching kira-kira kegiatan sosial apa yang bisa saya
ikuti. Kalau bisa yang berkaitan dengan dunia anak-anak. Gooling sana sini,
ketemu dua kegiatan yang sreg di hati saya. Satu komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Satunya lagi Kelas Inspirasi.
Kelas Inspirasi adalah sebuah gerakan, bagian dari Indonesia Mengajar.
Para pekerja/profesional turun tangan mengajar sehari dan memberi inspirasi
pada siswa-siswa di Sekolah Dasar. Kebetulan, pendaftaran Kelas Inspirasi
Bekasi 2 baru saja dibuka. Tanpa ba-bi-bu langsung deh isi form terus kirim.
Trus berdoa semoga keterima.
Hari Inspirasi untuk KI Bekasi 2
dilaksanakan tanggal 9 April 2015 yang lalu. Dua minggu sebelumnya, ada Hari
Briefing untuk seluruh relawan, fasilitator, dan dokumentator. Saya beserta
relawan lain tergabung di Kelompok 1 yang akan mengajar di SDN Marga Mulya 1.
Kami berasal dari beragam profesi mulai dari IT, Arsitek, Teknik Sipil, Perbankan,
Broadcasting, Kuliner, dan HRD. Rata-rata sebaya saya, atau 2-4 tahun lebih
tua. Awalnya rada minder mengetahui profesi teman-teman sekelompok. Kesannya wow
banget. Tapi, saya lalu mikir. Kalau saya ga pede sama profesi saya, gimana
saya mau memberi inspirasi? Jadilah saya berpikir positif bahwa profesi
jurnalis itu juga prestisius. Hahaha…
Kata Lao Tze, ahli strategi Cina, “Kenali musuhmu sebelum berperang”. Jadi
kami pun mencari tahu mengenai SD Marga Mulya 1 sebanyak mungkin. Bukan
menganggap anak–anak SDN Marga Mulya 1 sebagai musuh (seram amat…. hehehe), tetapi
kami ingin mengetahui kondisi sekolah untuk memaksimalkan hari inspirasi. Jadi,
seminggu sebelum Hari Inspirasi, kami melakukan survey ke SD tersebut. Ternyata
SD Marga Mulya 1 gampang-gampang susah ditemukan. Letaknya di seberang sungai
kecil memuat kami melewatkan SD itu saat pertama kali melintas. Saat tiba di
sana, kami bersyukur disambut oleh guru–guru yang ramah dan sangat mendukung
kami untuk kegiatan ini. Wuuiiii jadi ga
sabar buat mengajar. Kami juga melakukan pembagian tugas dan jadwal mengajar di
sana. Setiap orang akan mengajar 4 kelas dengan durasi 45 menit per kelas.
Hari H
Hari yang ditunggu–tunggu pun tiba. Karena saya takut telat, saya
sudah meluncur ke TKP jam 6.30. dan ternyata saya kepagian. Bahkan, gerbang
sekolah pun masih digembok. Hiks. Namun, saya mensyukuri hal itu karena beberapa
menit setelah saya tiba turun hujan. Sungai depan SD melupa sehingga halaman
pun tergenang air. Acara pembukaan yang sudah kami rencanakan terpaksa
dibatalkan. “Semoga nanti siang udah kering, jadi kita tetep bisa closing,” doa
seorang relawan. Aaamiiin.
Tibalah saatnya mengajar. Persiapan saya kurang maksimal karena saya
baru balik dari liputan Pulau Sumba. But the show must go on! Kelas perdana saya adalah kelas 5. Saya
mengunakan metode role model untuk memperkenalkan dunia wartawan. Jadi ada yang
berprofesi sebagai narasumber, wartawan, dan fotografer. Seru! Pun begitu di
kelas 4. Semua lancar jaya, anak-anak masih mau mengikuti instruksi saya.
Bencana baru terjadi saat saya mengajar kelas 1. Aigooo!! Pusing pala barbie. Ada yang nangis lah. Ada yang bertengkar lah. Yang rebutan minta perhatian lah. Alhasil saya hanya sanggup bertahan 15 menit. Beruntung ada Naomi, salah satu relawan yang jadwal mengajarnya kosong. Jadi dia yang menggantikan saya menangani anak-anak kelas 1. Haha. Makasih ya Cantik. Janji lain kali akan lebih baik lagi.
Setelah berisitrahat sejenak (suara saya sampai habis, padahal baru masuk ke 3 kelas), saya masuk ke kelas 4. Berhubung kelas 4 ini adalah kelas terakhir saya (dan masing-masing relawan pengajar juga ada di kelas terakhir mereka), saya memberikan masing-masing anak 1 lembar kertas sticky-note agar mereka bisa menuliskan nama dan cita-cita mereka. Setelah itu, saya mengambil pohon inspirasi, kemudian meminta mereka untuk menempelkan sticky-note mereka di pohon itu tersebut.
Jam 12 teng kami menyudahi kegiatan dalam kelas. Alhamdulillah hujan
sudah reda dan lapangan kering sehingga kami bisa menutup Hari Inspirasi sesuai
rencana. Rangkaian penutupan kami berupa ice breaking, flash mob, pelepasan balon,
dan foto bersama. Kami menggunakan lagu Terhebat dari Coboy Junior untuk lagu
flash mob. Kak Frans yang hapal mati gerakan tarian Terhebat kami daulat
sebagai leader dance. Setelah itu Pelepasan balon yang diikatkan dengan cita–cita
mereka dan tulisan “Bangun Mimpi Anak Indonesia” sebagai simbol untuk anak–anak
ini, bahwa apapun latar belakang kita dan kondisi kita, kita berhak untuk
bercita–cita tinggi dan berjuang untuk meraihnya.
Ketika balon diterbangkan bersama-sama itu rasanya aaahhhh... Para relawan, guru, dan anak-anak bersorak dan bertepuk tangan dengan muka
sumringah. Saya yakin, hari itu tidak akan mudah mereka lupakan :) Saya juga
berharap apa yang kami bagikan kepada mereka benar-benar menginspirasi dan
membuat mereka menjadi generasi yang bisa membangun bangsa ini.
Walau hanya satu hari, saya bersyukur terlibat dalam KI Bekasi kali
ini. Mengenal orang–orang hebat yang mau meluangkan waktu, tenaga dan dana
untuk menginspirasi anak–anak. Kami tidak melakukan hal yang besar dan hebat. Kami
hanya memberikan apa yang bisa kami berikan tanpa banyak mengeluh tentang
kondisi yang ada dan kami berharap kehadiran kami boleh memberikan semangat
untuk anak–anak SDN Marga Mulya 1 untuk giat belajar dan berjuang meraih cita–cita.
Kalau kata Andrea Hirata, “Bermimpilah. Maka Tuhan akan memeluk mimpi kita.” Semoga
mimpi anak Indonesia bisa terwujud semuanya. Amiiin. (Kartika Restu)
No comments:
Post a Comment