Curug Cipendok, Objek Wisata Purwokerto

"Habis ini kemana Mbak?" tanya Kiki, sepupu yang menemani liputan.
"Objek wisata di Purwokerto yang instagramable apa?" saya balik bertanya.
"Baturaden."
"Bosen. Yang lain?"
"Ada Pantai Menganti, tapi jauh."
"Yaah."
"Ke Curug Cipendok aja Mbak. Deket dari sini. Bagus," tetiba pak supir ikut nimbrung pembicaraan kami.
"Okay. Kita ke sana," ujar saya spontan.
Kemana ini akan membawaku, aku takkan pernah tahu...
Sayup suara Duta Sheila on 7 menemani perjalanan kami siang itu.

***

Menurut Wikipedia, Curug Cipendok merupakan air terjun tertinggi di Jawa Tengah. Lokasinya berada di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Jaraknya dari Purwokerto sekitar 25 km atau 45 menit naik kendaraan bermotor. Perjalanan menuju Curug Cipendok lumayan menantang. Di beberapa bagian, jalanan jelek belum beraspal menyapa ban mobil kami. Tanjakan dan tikungan tajam menghujam. Di kiri kanan tak ada pohon cemara, yang ada hanya hamparan sawah lalu menjelma jadi deretan pohon rapat yang membungkus lembah. 

Setibanya di pintu masuk, hijau menyambut di mana-mana. Kami hanya perlu membayar Rp7.000 per orang untuk tiket masuk. Pemandangan di lahan parkir serupa dengan cakrawala di Gunung Tangkuban Perahu: terlihat hamparan pegunungan malang-melintang. Cantik sekali. MasyaAllah... Untuk mencapai curug, kami harus menyusuri jalan setapak nan menanjak sejauh 500 m. Ransel di badan, kamera di tangan. Kami siap memasuki kehijauan pekat di hadapan. 

Semakin lama berjalan, semakin kami merasa tidak di Pulau Jawa. Udara segar yang kami hirup mampu membersihkan pikiran-pikiran busuk. Satu dua kali kami berpapasan dengan keturunan Adam. Curug ini sepi. Masih nampak asri dan alami. Tanda-tanda terjamah manusia masih minim. Tak ada tumpukan sampah di mana-mana. Yang ada hanya hijau, hijau, dan hijau. Green is a very great color when it comes to nature!

Setelah 10 menit berjalan, tetiba kami mendengar suara air di kejauhan. Pemandangan indah yang ada mampu mengusir lelah. MasyaAllah. Subhanallah. Allahu akbar. Air terjun setinggi 92 meter menjadi tanda kebesaran-Nya. Indah. Megah. Memesona. Selembar foto menjadi bukti kami pernah ke sini. Siapa yang tahu seperti apa tempat ini 5 tahun lagi. Hanya kami berdua yang terus turun. Pak supir menunggu kami di shelter atas. Pengunjung lain tidak ada, membuat curug itu seolah hanya milik kami. Siapa pula yang mau wisata ke curug saat puasa? Hari Senin pula. Haha..

"Ayo turun sampai nyentuh air," ujar saya.
"Yakin mbak?" tanya Kiki.
"Aku sih yes," jawabku yakin.
"Kalau mbak iya, aku juga turun."
"Iya. Ayo!"
"Tapi licin."
"Ya udah copot sepatu. Nyeker."

Kaki-kaki telanjang bergelinjang saat menyentuh bebatuan. Dingin. Licin. Namun kami terus berjalan hingga tak ada lagi pegangan untuk sekedar berdiri tertahan. Hembusan air terjun menerpa tubuh kami. Basah yang membuat bahagia. Kami pun tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Kiki belajar memotret sementara aku larut dalam hening. Mencoba membekukan kenangan. Alhamdulillah Ya Allah, telah Kau beri kesempatan untuk menikmati sekeping surga di bumi. Memang, Indonesia terlalu indah untuk tidak dijelajah! (Kartika Restu Susilo)

No comments:

Post a Comment