Kaca Pecah dan Hati Patah

Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa kembali seperti semula saat jatuh. Salah satunya kacamata. Mau seberusaha apapun diperbaiki, kaca yang pecah tak akan bisa menyatu kembali. Bagi yang minusnya tinggi, kacamata yang pecah menyusahkan sekali. Apalagi tak ada kacamata cadangan. Ditambah stok softlens yang habis. Lengkap sudah penderitaanmu.

Pun demikian hati yang jatuh. Lalu patah. Akan selalu ada bekas goresan, tak peduli seberapa keras diperbaiki. Goresan yang bernama kenangan. Namun, berbeda dengan kaca yang pecah, hati yang patah masih bisa sembuh. Ia akan tumbuh, laksana daun teh yang terus menerus bertunas meski pucuknya selalu dipangkas. Tentu saja kecepatan tumbuh setiap hati berbeda, bisa bilangan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Semua bergantung pada perawatan si pemilik hati.

Kaca yang pecah dan hati yang patah tak mampu menghilangkan senyum di wajah. Kau pura-pura bisa melihat jelas, meski sebenarnya meraba. Kau pura-pura tertawa bahagia, meski perih di dada. Kau pura-pura baik-baik saja, meskipun tidak. Tak apa, takkan ada orang yang menyadari kacamu pecah atau hatimu patah.

Orang-orang yang mengenalmu akan acuh. Mereka yang kau anggap kawan, hanya akan berkata, "Kasihan." Tapi teman sejati selalu peduli. Mereka akan meringankan beban, mengulurkan bantuan, dan memberikan penghiburan. Mereka akan selalu bertahan di sisi meski kau mengusir setengah mati.

Meski begitu, kau tetap akan berjalan sendirian. Ini masalahmu, hanya kau yang mampu menyelesaikan. Tak peduli seberapa perhatian sahabat, mereka takkan bisa membantumu melihat. Mereka takkan bisa membuat hatimu bahagia. Harus kau yang berjuang untuk dirimu sendiri.


Pada akhirnya

Kaca yang pecah
Dan hati yang patah
Membuatmu belajar arti pasrah
Hanya pada Allah kau berserah

Jumat, 22 Mei 2015
(Kartika Restu Susilo)

No comments:

Post a Comment