Skarifikasi Hati

Dalam dunia perbenihan, ada istilah skarifikasi. Menurut catatan kuliah saya, skarifikasi berarti proses pelukaan kulit biji. Pelukaan itu disengaja, entah dengan menorehkan sayatan atau mematahkan ujung biji. Tujuannya untuk memecah dormansi sehingga biji bisa berkecambah. Skarifikasi biasanya dilakukan pada biji yang berkulit keras, seperti pala, albasia, dan lamtoro. Setelah beberapa waktu, daya berkecambah benih yang terskarifikasi akan lebih baik dibanding yang tidak. 

Proses yang sama mungkin juga terjadi pada manusia. Bedanya, skarifikasi itu tidak terjadi pada kulit kita, melainkan pada hati. Seseorang atau sesuatu, entah bagaimana caranya, berhasil menorehkan sayatan atau mematahkan sekeping hati kita. Kita tidak tahu apakah pelukaan itu disengaja atau tidak. Yang kita rasakan hanya sakit. Namun, kalau ditelaah lebih dalam, mungkin itu salah satu cara Tuhan untuk memecahkan dormansi dalam diri kita. 

Skarifikasi perlu dilakukan agar hati kita tumbuh, berkembang. Mungkin Tuhan ingin hati kita kelak bisa tumbuh seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhan. Namun, karena hati kita terlalu keras, Tuhan 'terpaksa' harus melakukan skarifikasi melalui perantara hamba-Nya yang lain. Mungkin butuh waktu agar kita sadar bahwa pelukaan itu merupakan bagian proses skarifikasi yang nantinya akan membuat kita tumbuh. Pada akhirnya, tidak setiap luka harus kita respon dengan peluh dan keluh. Beberapa luka justru membuat kita tumbuh setelah sembuh. Semoga begitu. (Kartika Restu Susilo)

No comments:

Post a Comment