Ichijodani Asakura, 1573. Kota besar
berpenduduk 10.000 orang itu tertidur dalam hening. Udara dingin pegunungan
membuat penghuni kota tertidur pulas tanpa suara. Hanya semilir angin yang
terdengar di wilayah kekuasaan keluarga Asakura. Tak ada yang berani menggangu
kedamaian kota nun jauh di utara Kyoto itu.
Namun, ketenangan itu terusik dengan kedatangan pasukan Nobunaga. Langkah berderap kuda membangunkan penduduk kota dari mimpi indah. Sekejap mereka berada dalam mimpi terburuk yang bisa dibayangkan. Api mulai menjalar, membumi-hanguskan rumah-rumah kayu. Anak-anak menjerit ketakutan, memeluk ayah-ibu. Bayi-bayi menangis. Raungan mereka berpadu di udara dengan teriakan para ksatria. Suara desing pedang para samurai merobek keheningan malam.
Oda Nobunaga hanya membutuhkan 3
hari untuk melenyapkan sejarah kota berusia 103 tahun itu. Seluruh penduduk
mati. Semua kastil, istana, dan rumah rata dengan tanah. Keheningan
berkepanjangan kembali hadir di Asakura.
Jejak Asakura seolah lenyap dari
muka bumi hingga 400 tahun lamanya. Namun, bukan bangsa Jepang namanya jika tidak bisa membangkitkan kembali abu kota yang telah mati. Lihat saja Nagasaki dan Hiroshima. Pun demikian Asakura. Pada 1967, restorasi sisa peradaban Jepang itu dimulai.
Sebagian kecil kota di ujung lembah itu telah direkonstruksi kembali
ke Periode Muromachi. Reruntuhan
rumah-rumah samurai, pedagang, dan pengrajin di sepanjang jalan sepanjang
200 meter itu dibangun kembali oleh pemerintah Jepang. Dengan berjalan kaki,
masyarakat bisa merasakan sendiri nuansa kemegahan dan kejatuhan pemerintahan
Sengoku. Beberapa bangunan dilengkapi perabotan dan mannequin rumah untuk
memberi gambaran kepada pengunjung tentang bagaimana penampilan mereka di masa
lalu.
Reruntuhan Klan Ichijodani
Asakura memiliki total luas 278 hektar dengan 2.343 objek bersejarah di
dalamnya. Situs kuno itu mendapat tiga status budaya UNESCO, yaitu Tempat
Khusus Berpemandangan Indah, Situs Sejarah Khusus, dan Kekayaan Budaya Penting.
Di seantero Jepang, hanya ada enam lokasi yang memiliki tiga status budaya:
Kuil Kinkaku-ji, Kuil Ginkaku-ji, dan Kuil Daigojisanpo-in di Kyoto; Kuil
Itsukushima di Hiroshima; serta Kuil Heijokyo dan Ichijodani di Nara.
Untuk menuju sana, gunakan kereta
yang ada di Jalur Etsumi-Hoku dan turun di Stasiun Ichijodani. Dari stasiun,
lokasi reruntuhan dapat dicapai dengan berjalan kaki selama 30 menit.
Ichijodani Asakura juga bisa dicapai dengan bus Jokyouji (浄教寺) dari Stasiun
Fukui menuju Bukeyashiki-mae (武家屋敷前). Perjalanan dengan bus membutuhkan waktu
35 menit dan biaya 650 yen. Bus akan berhenti di depan pintu masuk reruntuhan
kota. Tiket masuk seharga 210 yen dengan jam operasi pukul 09-00 sampai 16.30
setiap hari. (Kartika Restu Susilo)
No comments:
Post a Comment